Senin, 25 Oktober 2010

Penilaian Irama Perkutut Tidak Berlaku Surut

Tata cara lomba dan penjurian burung perkutut yang dikeluarkan Persatuan Pelestari Perkutut Indonesia (P3SI) menyebut, pakem (standardisasi) irama perkurut harus memenuhi unsur senggang, lenggang elok dan indah.

Senggang artinya irama perkutut itu memiliki intonasi, atau jeda relatif senjang. Tidak rapat (nrithik), tidak tergesa-gesa (ngosrog). Istilah kongmania kata senggang ini sering disebut dengan istilah “mad” atau “laras”. “Kita (kongmania, red) sering menyebutnya dengan kata lelah,” ujar Saiful, juri bersertifikat nasional asal Kediri.

Pendekatan arbiter yang lebih pahami umum, barangkali adalah mendayu-dayu.

Kriteria lain yang harus dimiliki pada kualitas irama perkutut adalah lenggang. Padan kata dari lenggang adalah bernada melankolis dan ritmis. Atau juga bernuansa romantis.
Akan lebih bernilai tinggi, jika kualitas lenggang ini berunsur spesifik. Atau dalam bahasa kongmania, berunsur “nyele”. Maknanya berbeda dengan yang lain.

Patut disepakati, apresiasi terhadap irama perkutut (irama alam) berbeda dengan aspresiasi tangga nada (notasi). Standardisasi irama perkutut bergantung pada cita rasa. Tidak maton (tidak baku) dan terus berkembang sesuai dengan temuan dan keberhasilan inovasi ternak dan segemen pasar perkutut itu sendiri.

Konsekekuansinya, sistem penialaian keindahan bunyi perkutut tidak berlaku surut (pengurangan) sebagaimana penilaian tangga nada lagu, tapi berjalan maju (penambahan).

”Di kongkurs burung perkutut, juri bukan mencari kesalahan bunyi burung, tapi mencari keindahan bunyi. Ditunggu, sampai perkutut itu mengeluarkan bunyi terbaiknya, baru kita nilai,” lanjut Saiful.

Data empiris, puncak apresiasi irama perkutut terus mengalami peningkatan, jika enggan menyebut perubahan, setiap kurun waktu. Di era kejayaan perkutut lokal, tahun 80-an ke bawah, penetrasi rasa kongmania terfokus pada alunan nada perkutut engkel atau genep (empat ketukan. Yakni kla..ke..tek..kung).

Pasalnya era tersebut masih didominasi perkutut jaringan atau undhuhan (mengambil anakan burung) dari alam. Wirama (nada) Perkutut Bongkok hasil olah kandang, belum begitu dikenal.

Karena perkutut yang ada di alam hanya menyajikan bunyi engkel, orang pun lantas mencari puncak keindahan suara pada perkutut yang memiliki bunyi engkel.(bersambung)

BURSA PERKUTUT BEKUALITAS CALL 081 335 596 811

Tidak ada komentar:

Posting Komentar