tag:blogger.com,1999:blog-28345196014496802542024-03-05T19:53:55.412-08:00Perkutut IndonesiaPortal KongmaniaUnknownnoreply@blogger.comBlogger23125tag:blogger.com,1999:blog-2834519601449680254.post-26716989626164435182023-08-19T19:19:00.004-07:002023-08-21T17:04:25.481-07:00Kong Madura Jajah SitubondoPeta kekuatan Kongmania Madura belum tertandingi. Sukses menguasai LPI Pakualam Perdana Yogyakarta, laskar penggemar perkutut setempat "menjajah" kelas piyikan LPI Bupati Cup Situbondo, yang dihelat di Panarukan, Sabtu 19/8/23. Sementara di hari kedua, Minggu 20/8/23, kembali Kongmania Madura mengokohkan paruhnya.
<br /><br />
Di kelas Piyik Bebas, tujuh burung besutan "Wong Meduro" nangkring di sepuluh besar. Lima perkutut milik Kongmania asal Sampang dan dua burung milik penghobi berat perkutut asal Pamekasan dan Bangkalan.Pemerhati LPI memprediksi, hingga akhir musim konkurs perkutut tahun ini, Kongmania Madura bakal merajai pesta LPI 2023. Sedangkan di kelas Dewasa Senior, lagi-lagi tujuh burung peliharaan Kong Madura bertengger di sepuluh besar.
<br /><br />
Mencermati data yang diunggah Agrobisburung, kekuatan Kongmania Madura juga bertengger di kelas Piyik Yunior. Dua perkutut unggulan dari Madura berhasil meraih dua tropi sepuluh besar di LPI Situbondo.Sementara di kelas Piyik Hanging, tiga burung perkutut milik Kongmania Madura nangkring di sepuluh besarnya. Tropi sepuluh besar lainnya, berbagi Kongmania peserta lomba.<br /><br />
Di kelas Dewasa Senior, setali tiga uang. Tujuh ekor perkutut peliharaan KongMadura kembali nangkring di sepuluh besar.<br /><br />
Patut diperhitungka adalah eksistensi Sandi, Kongmania asal Caruban Madiun. Pemain lama yang pulang kandang setelah istirahat beberapa tahun ini, terbukti masih bisa mengimbangi kepiawai Kongmania Jawar dalam merawat dan menangkar perkutut. di LPI Bupati Cup Situbondo, perkutut hasil ternak berlebel Bintang yang diberi tetenger Mega Bintang, unggul dan berhasil nangkring di sepuluh besar. Yakni, sebagai juara keempat di Kelas Piyik Yunior. Sementara di kelas Dewasa Senior, kembali Sandi Caruban, berhasil mengantar Sekenario, ke altar sepuluh besar. (acs)Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2834519601449680254.post-42039463078497448932023-08-17T21:03:00.003-07:002023-08-17T21:03:38.256-07:00Bambang IOT Madiun Berjaya di Reog CupKongmania asal Caruban, Madiun, Bambang Icha Orien Trasan (Bambang IOT), berjaya di Liga Perkutut bertajuk Grebeg Suro, Ponorogo. Tiga ekor burung debutan dia, sabet tropi bergengsi. Satu di kelas dewasa dan dua perkutut di kelas hanging.
<br /><br />
Di kelas Dewas Senior, perkutut yang diberi nama Bintang Kejora, tampil mengalun dengan anggungan mendayu-dayu, dan berhasil mencatatkan diri sebagai juara 4. Sedangkan dua burung milik Mas Bambang, demikian saya memanggil dia, Mutiara dan Suoro Menggolo, masing-masing berhasil meraih Juara dua dan Juara 10 di lomba perkutut Juli silam.<br /><br />
Mas Bambang memang bukan orang baru di arena perkutut. Di era Susi Susanti dan Misteri Bahari, dia sudah malang melintang di LPI. Untuk beberapa tahun istirahat, tapi kemudian bangkit lagi dengan sejumlah burung debutan tren mutahir.
Kepada penulis, kongmania yang kini duduk sebagai ketua P3SI Madiun itu, mengatakan, perkutut tampaknya tak bisa lepas dari jiwanya. "Nyatanya, saya sekarang main lagi. Padahal sudah lama gak main," ujarnya.<br /><br />
Soal ternak, dia mengatakan sudah mengganti semua indukan lama dengan indukan baru yang lebih prospektif dan trend perkutut kekinian. "Kandang yang lama sudah saya bongkar. Sekarang buat kandang baru lagi dengan indukan-indukan baru. Seneng soalnya, Mas. Habis banyak juga sih," jelasnya. (andics)Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2834519601449680254.post-33827027981932786712023-08-17T17:41:00.000-07:002023-08-17T17:41:04.517-07:00Kong Madura Kuasai PakualamKongmania asal Madura, terbukti tetap beparuh runcing. Di Liga Perkutut Indonesia (LPI) bertajuk Pakualam Cup Yogyakarta 2023, empat perkutut debutan <i>Wong Medura</i>, unggul di kelas bergengsi Dewasa Senior. Ini fakta konkret yang menujukkan peta kukatan Kongmania Tanah Air masih dikuasai penggemar perkutut asal Madura.<br /><br />
Keempat perkutut jawara debutan Kongmania Madura tersebut, masing masing Pujangga, milik H Kamil, Pamekasa, Gong Agung, milik Tim AKN,Sampang, Superman, milik H. Kamil, Pamekasan dan Podomoro, milik Bos Atif, Sampang.<br /><br />
H. Kamil, belakangan ini memang moncer lagi. Dibeberapa gelaran LPI, kong debutannya bertengger di papan atas. Sementara, Kongmania asal Tasik dan Jakarta, harus mengakui keunggulan Wong Medura dalam merawat perkutut. Yang <i>“nyolong pethek” </i>adalah Kongmania asal Madiun, Sandi. Tak diprediksi sebelumnya, Kongmania asal Caruban itu mampu mengantar Prima Star, perkutut debutannya, di delapan besar. Sedangkan mitranya, Bambang Tarsan, sesama Kongmania asal Caruban, Kabupaten Madiun, musti lari kencang lagi, sekalipun piyikan perkutut debutannya juga berhasil nangkring di deretan juara kelas piyik.<br /><br />
Belum diketahui pasti, apakah Kongmania Madura ini masih tetap bisa kuasai puncak klasemen perkutut LPI Tahun 2023 ini. Pasalnya, tiga pucak klasemen belum digelar. Masing-masing Piala Raja Yogyakarta, Piala KLH Taman Mini Indonesia Indah, dan LPI Pahlawan Cup Surabaya. Ketiga puncak klasemen perkutut tanah air ini baru akan digelar September – Desember mendatang.(andics)
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2834519601449680254.post-86784353836485026352023-08-17T14:29:00.005-07:002023-08-17T16:47:45.515-07:00Kongmania Madiun Bangkit KembaliGeliat prestasi Kongmania Madiun kembali bangkit. Ini ditengarai lewat torehan prestasi hasil ternak perkutut setempat di Liga Perkutut Indonesia (LPI), Paku Alam Cup 2023. Setidaknya, lewat jejak dua peternak Kota Brem, masing-masing Sandi dan Bambang Tarsan.
Sandi, dengan lebel ternak perkutut Bintang, sebenarnya merupakan pemain lama. Ia meneruskan jejak ayahanda, yang juga tercatat sebagai peternak perkutut unggul di wilayah setempat. <br /><br />
Sedangkan Bambang Tarsan, bukan wong anyaran di blantika LPI. Pemilik peternakan perkutut berlebel BAM itu, juga terbilang dulur lama.Penghobi berat perkutut yang kini menduduki posisi Ketua P3SI Madiun itu, laiknya terjaga dari tidur. Setelah beberapa tahun absen, belakangan ini rajin gantang perkutut dan rajin ke gelaran lomba.Gelang ternak yang awalnya berlebel IOT (Icha Orien Tarsan) diganti jadi BAM. Selamat njih Mas, sungkem dalem kunjuk. <br /><br />
Lebel ternak perkutut asal Kota Caruban, Kabupaten Madiun itu, muncul di deretan jawara perkutut kelas piyikan Pakualam Cup Yogyakarta. Bersyukurlah, lantaran Kong Mania Madiun masih punya prestasi, melanjutkan prestasi pendahulu, Jr. Susanto, Sony, Koh Ipung, Abah Hin, Ting Han, Soenarjo, Pak Mun, Andi Casiyem Sudin dan Muri Waloja, serta deretan nama pakar perkutut setempat.<br /><br />
Hadirnya Kongmania Madiun di blantika perkutut nusantara ini, membawa nafas segar bagi penggemar burung legendaris tersebut. Sebelumnya Muri Waloja, beberapa tahun memang sempat berjaya di kelas atas LPI. Namun beberapa tahun belakangan ini jejaknya sepertinya lagi istirah. Padahal, pemilik peternakan perkutut dengan ring WALOJA ini, awal kemunculannya sempat membuat Kongmania Tanah Air tercengang.<br /><br />
Betapa tidak, hampir setiap burung debutan dia, langsung naik daun dan bertengger di papan atas LPI. Sebut misalnya, burung yang diberi nama Laskar Waloja, Kresna, serta Banjir, sempat memimpin gelaran lomba. Beberapa burung debutannya juga mulai dipinang penggemar perkutut papan atas dengan mas kawin cukup menggiurkan.<br /><br />
Dengan kembalinya wong lawas Madiun di LPI, semoga membawa berkah dan bisa merawat kembali serta melestarikan lapangan perkutut peninggalan leluhur yang berlokasi di Komplek Stadion Wilis Kota Madiun. Selamat. (andics)Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2834519601449680254.post-4549913383962753962023-08-03T08:33:00.000-07:002023-08-03T08:33:01.075-07:00SH Terate Jangan Minta Bantuan
(Wawancara Dengan Mas Madji Bagian 3 Dari 7 Tulisan)<br /><br />
Sejak dulu kita sepakat untuk guyup rukun sesuai ajaran SH Terate. Mandiri. Tidak tergantung orang lain. Orang banyak yang mau minta bantuan. Tapi kita jangan sampai minta bantuan ke sana ke mari. Kita harus bisa berdiri, berjalan dan tegak bertahan dengan kekuatan kita sendiri.<br /><br />
Padepokan SH Terate, misalnya, padepokan berdiri atas bantuan siapa? Saya jawab tidak pernah minta bantuan. Ini lantaran mampu untuk berdiri sendiri. Saudara saya dari cabang dengan rela mendidik masyarakat-masyarakatnya, dari mana sisa-sisa yang saudara berikan ada yang pernah dan ada yang tidak, ada yang setengah, ada yang sadar, tidak mengambil, karena mereka tahu yang itu haknya pusat.
<br /><br />
Anggaran yang digunakan dari Kadang SH Terate. Kita himpun bersama-sama. Nek wis akeh (Jika uangnya sudah terkumpul banyak) oke mari kita bangun padepokan. Kurang yo sedikit-dikit kita pikul bareng. Prinsip semua itu untuk dulur-dulur SH Terate.<br /><br />
Ingat tangan yang di atas lebih baik dari pada yang di bawah.Semakin kita banyak beramal, yakinlah kita akan semakin kuat, semakin kokoh, dan semakin dicintai orang. Gak enek wong demen amal dadi mlarat (Tidak ada ceritanya orang yang suka beramal jadi miskin). Semua agama menganjurkan kita untuk suka beramal, berdarma. Wong SH Terate itu ngerti agama. Paham mana yang benar dan yang salah.<br /><br />
“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan pada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas Maha Mengetahui. (QS: Al Baqarah (2)-261)
<br /><br />
Pada hakikatnya Wong Setia Hati (SH) Terate adalah kumpulan orang yang ngerti agama (mengerti benar dan salah, haq dan batil, perintah dan larangan yang diatur dalam syariat) . gperbedaan penafsiran) itu tidak terjadi. Tapi fakta berbicara, di tengah Kadang SH Terate, itu terjadi. Itu fenomena. (Maksudnya di tengah-tengah Keluarga Besar Persaudaraan SH Terate masih terjadi ketegangan, karena beda pendapat).
<br /><br />
Menurut Kang Mas KRH. H. Tarmadji Boedi Harsono Adinegoro,SE, pada hahikatnya, perbedaan itu lahir karena adanya persamaan. Ini hukum alam. Dasarnya, Allah menciptakan mahluk selalu berpasangan. Dan masing-masing pasangan, hakikatnya berseberangan. Siang berpasangan dengan malam. Sedih berpasangan dengan bahagia dan masih banyak lagi pasangan lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.<br /><br />
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, pergantian siang dan malam adalah tanda bagi orang yang mau berfikir”(Ali Imran: 190).
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat : 13).<br /><br />
Karena itu, kewajiban kita menghentikan pertikaian intern Kadang (yang disulut beda pendapat). Tidak ada kamus lagi gelut, bagi orang yang ngerti agama. SH Terate itu bukan ormas, bukan organisasi politik. SH Terate ini paseduluran yang luhur berangkat dari hati yang jernih, mempunyai lambang bunga terate.<br /><br />
“Kamu akan melihat kepada orang-orang mukmin itu dalam hal kasih sayang di antara mereka, dalam kecintaan dan belas kasihan di antara mereka adalah seperti satu tubuh. Jika satu anggota tubuh itu merasa sakit maka akan menjalarlah rasa sakit itu pada anggota tubuh yang lain dengan menyebabkan tidak dapat tidur dan merasakan demam.” (HR. Bukhari)<br /><br />
Sudah kita ketahui semua bunga terate itu indah. Tidak kotor karena lumpur dan tidak basah karena air. Tapi muncul sabagai sosok kepribadian. Organisasi kita ini apa ? Organisasi kita ini paseduluran jenenge opo (namanya apa), jenenge, Setia Hati Terate. Jadi bukan jenenge persaudaraan itu jadi jeneng. Maka SH Terate ini saya orang SHT, saya setia hati, saya orang terate. Saya orang terate, saya orang yang bertanggung jawab pada SH Terate.<br /><br />
Dari sejumlah referensi yang berhasil dikumpulkan, bunga terate mewakili keabadian, keilahian, kemurnian, dan secara luas digunakan sebagai simbol kehidupan, kesuburan, serta pembaruan diri. Daun dan bunga terate kalis air, karena mengandung materi lilin pada permukaannya, terbentuk dari homoglobin dan senyawa udara. Materi lilin ini berfungsi sebagai pelindung diri dan mengurangi penguapan akibat terpaan terik matahari.Uniknya, sekalipun akarnya menyelam ke air dalam lumpur,ia akan mekar indah dan bersih. Bahkan semakin keruh airnya, kelopak terate akan mekar semakin indah. Ini karena akar bunga terate memiliki daya serap dan prosesor yang mampu memformat sari makanan dari dalam air keruh, merubahnya menjadi nutrisi dan energi bagi pertumbuhan batang, daun dan bunga.<br /><br />
SH Terate bukan seperti sekolahan (pendidikan formal). SH Terate itu indah, alami. Kita bergerak alami. Saya berterima kasih sekali pada saudara kita, ora ngitung duwit, berapa biaya dari Irian sampai ke sini (Madiun), jika silaturahmi, temu dulure (bertemu saudaranya). Berapa biaya dari Kalimantan ke sini. Paling tidak sepuluh juta sekali datang. Itu harta dewe (sendiri). Dari Sumatera sama, Paling cedak (dekat) Wong Mediun ora ngetokke duwit opo-opo (tidak mengeluarkan uang banyak untuk transport). Tugas kita, Wong Mediun, yo suba sita, grapyak sumanak, menyambut kedatangan saudara, bagekna kanti ulat padang, ben tamune marem.(Sambutlah kehadiran saudara kita yang dari luar Madiun dengan sapa dan senyum, agar saudara kita merasa diperhatikan, puas).<br /><br />
Dan di SH Terate, yang ada adalah kita ketemu sedulur. Bukan sedang bermain politik. Saya tidak melarang saudara berpolitik. Itu hak pribadi saudara-saudara saya. Hak setiap warga Negara. Mau ikut partai mana pun silakan. Gak ada masalah. Tapi begitu masuk Padepokan, kita harus berbaju sama. Baju politik masing-masing dilepas, dan bersama-sama berbaju SH Terate.<br /><br />
Jangan Merasa Paling Hebat<br /><br />
Saya Wong SH Terate, orang SH Terate jangan mengolok-ngolok saudara lain. Kita diajari ojo sak karepe dewe. Jika terjadi perbedaan pendapat, salah paham, itu fenomena berorganisasi. Ini harus kita sadari bersama. Jangan menjelekkan saudara sendiri. Kita ini paguyupan paseduluran. Anggota kita banyak. Kita juga dikaruniai kelebihan kelebihan. Tapi saya tekankan, kita bukan yang terhebat. Jangan merasa paling hebat merasa pinter. Di atas langit masih ada langit.<br /><br />
SH terate sudah hidup hampir satu abad. Kita tinggalkan pameo SH Terate sebagai organisasi yang ditakuti. Sekarang ibaratnya bangun kembali, kita harus menjadi organisasi yang disenangi masyarakat, diharapkan masyarakat, jadi pegangan masyarakast. Akhirnya kita jadi organisasi yang disegani, bukan ditakuti mergo iso gelut (bukan ditakuti karena pandai berkelahi).<br /><br />
Menjadi kewajiban kita bersaama-sama menjaga citra organisasi. Pengurus pusat sendiri, saya tekankan, jangan merem. Pengurus cabang jangan merasa rendah. Kita di SH Terate adalah sama. Karena kita diatur oleh aturan bahwa yang menjadi pengurus pusat domisili di kota Madiun. Saudara yang kebetulan tidak berdomisili di Madiun, ya harus menyadari. Harus ikhlas. Saya mengharap dengan sangat dari manapun kita, langkah SH Terate harus menjunjung tinggi budi luhur. Menjunjung tinggi Pancasila demi Indonesia jaya.<br /><br />
Jangan Bawa Politik ke Padepokan<br /><br />
Kita berdarma di SH Terate tanpa pamrih. Maka SHT harus kita jaga. Jangan sampai kita punya pamrih jadi ketua agar jadi DPR RI. Kalau saya jadi ketua DPRD bukan karena dulu berdarma di SH Terate karena pamrih ingin jadi Katua DPRD. Tapi, barangkali karena ketua umum SH Terate di pandang masyarakat baik, ya saya dipilih jadi ketua. Tapi saya tidak pernah minta tolong pada Kadang SH Terate untuk menjadikan saya sebagai ketua DPRD.<br /><br />
Saya tidak pernah membawa atribut politik saya ke dalam Padepokan. Tidak pernah, saya ngomong aja gak pernah. Saya beri contoh pada sudara-saudara, itu kegiatan pribadi-pribadi. Kalau baik akan diikuti kalou jelek akan dicemooh. Dan itu resikonya. Kerena itu, yang terbaik sekarang ini, mari saatnya SH Terate ini kembali pada jati diri.<br /><br />
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak (pula) mengusirmu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka sebagai kawanmu, (yaitu) orang-orang yang memerangimu dalam urusan agama dan mengusirmu dari kampung halamanmu, serta membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Barangsiapa yang menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” QS al-Mumtahanah ayat 8-9).<br /><br />
____________
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2834519601449680254.post-56906825400582559742023-07-31T22:41:00.002-07:002023-07-31T22:41:44.100-07:00COVID PENJARAKAN ANDIN 2.5 TAHUN DI PUNCAKCovid bisa saja berlalu. Tapi dampak psikologisnya masih cukup kental dalam keseharian masyarakat. Terlebih bagi keluarga yang kehilangan saudaranya.<br />< br />
Tak terkecuali kesan yang terpartri di jiwa pelaku sinetron tanah. Sebut saja Amanda Manopo. Bintang sinetron Ikatan Cinta itu mengaku "dipenjara" selama 2.5 tahun di lokasi shoting, Puncak selama Covid. Maklum, sepanjang wabah itu, pemerintah memberlakukan aturan tak boleh keluyuran kemana pun. Dirumah saja. Tak terkecuali Amanda Manopo.<br />< br />
Dan itu pulalah salah satu alasan kenapa ia hengkang dari Ikatan Cinta beberapa pekan berselang. Alasannya cukup bisa diterima nalar sehat. Cari suasana baru. "Capek banget rasanya," ujarnya saat diwawancari wartawan Ibu Kota.<br />< br />
Sayangnya, langkahnya itu amat mengecewaan penggemar yang sudah kadung tresno. Banyak dari mereka berharap Amanda kembali ke Ikatan Cinta dan main bareng lagi dengan Arya Seloka.(acs)Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2834519601449680254.post-78298380837499282232023-07-29T23:59:00.000-07:002023-07-29T23:59:06.617-07:00Mohon MaafAsalamualaikum
Mohon maaf, lantaran untuk waktu yang cukup lama belum sempat posting berita. Berkah, berkah, berkahUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2834519601449680254.post-24519343848411272292010-10-25T17:51:00.000-07:002010-10-25T17:52:49.283-07:00Penghasilan 5 Juta Perbulan Itu Didapat Dari Ternak Kutut KropyokSiapa setia pelihara yang kecil, dia akan dibesarkan. Siapa bermimpi raih kebesaran, dia akan dikerdilkan. Itu kiat jitu peternak perkutut kropyok (kelas ekonomi). Pepatah bilang, sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit.<br /><br />Fajar, warga Saradan Madiun telah membuktikan. Dengan aset 100 pasang indukan, tiap bulan, lelaki ini bisa maraup penghasilan Rp 2 juta bersih. Besaran penghasilan lumayan besar untuk takaran peternak kecil yang hidup di pinggiran hutan Saradan.<br /><br />Penghasilan itu masih ditambah dengan rejeki tiban (rejeki tak terduka). Yakni, manakala dari kandang ternaknya itu muncul piyik perkutut dengan kualitas bagus. Ini mengingat tidak semua materi indukan yang dimiliki berkualitas kropyok. Terdapat beberapa pasang indukan trah burung kampiun. Meski, Fajar sendiri mengaku materi indukan itu dibeli dengan harga kualitas kropyok.<br /><br />“Sejak buka kandang saya memang berniat ternak kutut kropyok. Tidak terlalu pusing. Asal bisa telur, netas, jadilah duwit. Tidak perlu pusing-pusing pantau ita-itu,” ujarnya.<br /><br />Sutrisno, warga Munggut, Kabupaten Madiun, lebih-lebih. Begitu berminat ternak perkutut kroyok, dia langsung buka ratusan kandang. Dalam beberapa tahap, kini kandang ternaknya mencapai 450 pasang perkutut.<br /><br />Tentu, penghasilan rutin bulanan yang didapat pun lebih tinggi. Sekali panen, karyawan PDAM Kabupaten Madiun itu sediktinya bisa mengantongi keuntungan bersih Rp 5 juta.<br /><br />Perhitungan acaknya, dari 450 pasang indukan, sebulan bisa keluarkan piyik 250 ekor. Satu ekor piyik kropyok dijual seharga Rp 20 ribu. Totalnya, 250 X Rp 20 sama dengan Rp 5 juta.<br /><br />Untuk biaya perawatan dan gaji seorang perawat, cukup diambilkan dari hasil penjualan piyikan perkutut kualitas sedang secara eceran. Sebab, Sutrisno juga menyelipkan materi indukan berkualitas di antara kandang ternak perkutut kroyoknya itu.<br /><br />ang sebesar itu, boleh dibilang datang sendiri. Seorang pengepul dari Yogyakarta, saban bulan setia mengambil produksinya. Kalau tidak dari Yogyakarta, sejumlah pedagang burung lokal juga rutin kulakan.<br /><br />Seperti Fajar, Sutrisno mengaku terjun ke ternak perkutut murni bisnis. “Saya sebenarnya tidak begitu paham perkutut. Makanya yang saya geluti ternak perkutut kropyok,” katanya.<br /><br />Lantaran, pilihan segmen pasarnya di level bawah, kontruksi kandangnya pun dipilih kontruksi kandang tumpuk. Dengan ukuran mungil. Yakni, panjang 50 cm, tinggi tinggi 50 cm dan lebar 45 cm. Serupa sangkar burung ocehan.<br /><br />Kandang pembiakan itu dibuat berjejer, dan dipasang di tembok dengan sistem bertingkat-tingkat. Untuk menu pakannya, digunakan campuran foor ayam dan sedikit millet.<br /><br />Dengan inovasi paling pragmatis kayak gitu, terbukti Sutrisno rauop penghasilan tambahan sekitar Rp 5 juta per bulan.<br /><br />BURSA & KONSULTASI PERKUTUT CALL HP 081 335 596 811Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2834519601449680254.post-57001834523048150492010-10-25T17:50:00.000-07:002010-10-25T17:51:25.258-07:00Inova Alla Star Berjaya di Laga PerkututInova All Star (IAS), perkutut hasil inovasi kandang Inova Bird Farm Madiun, kian berpamor. Dalam lomba burung perkutut bertajuk Madiun Cup I /2010, si lurik manis debutan Andi Cs itu mampu bertengger di tiga besar, bersaing ketat dengan Naga Surya, milik Yong Bledek, Nganjuk dan Adinda milik Ir. Sudirman Madiun.<br /><br />Sejak babak pertama dihelat, perseteruan tiga perkutut kampiun di kelas senior itu, cukup heboh. Inova All Star (IAS) yang bertengger di gantangan 43, langsung mengumpulkan poin tertinggi. Bahkan di babak pembuka ini, IAS sempat mengungguli Adinda dan Naga Surya.<br /><br />Persaingan tiga perkutut kampiun di kelas senior ini terus berlanjut hingga turun minum. Inova All Star dengan suara khas dobel, besar dan berujung panjang itu memimpin di dua babak pendahulu.<br /><br />Bahkan kepiawaian Inova All Star dalam memimpin babak pembuka itu, menghipnotis penggemar dari Malang. Di sela perhelatan kongmania, IAS sempat dirayu dengan tawaran menggiurkan. Yakni, Rp 25 juta. Namun, sang pemilik, tampaknya belum tertarik dengan tawaran itu.<br /><br />Masuk babak ketiga, selepas turun minum, Naga Surya mendadak mengeluarkan suara tembakan tengah ngocak dan tengkung panjang meruncing. Bak menyalip di tikungan, perkutut milik Ayong Bledek, Nganjuk itu, tembus poin tertinggi.<br /><br />Perolehan angka tertinggi di babak ketiga ini, terbukti mampu membabtiskan NS pada posisi teratas di kelas senior.<br /><br />Persaingan semakin tajam di babak keempat. Posisi gantangan Ias yang berada dipinggir, mulai ungkit masalah. Teriakan peserta, menjadikan Ias ngelabrak dan putar-putar. Dampaknya, Ia tak mampu keluarkan suara emasnya di babak penentu. Kalah tipis dibanding Adinda, yang terus bertahan di posisi runner up.<br /><br />Gelaran Madiun Cup I/2010 itu sendiri berjalan mulus. Sebanyak 170 peserta dari Madiun, Ngawi, Ponorogo, Kediri, Nganjuk, Magetan dan Surabaya, ikut ambil bagian.”Sebagai acuan barometer kualitas apresiasi perkutut, lomba kali ini bisa dibilang bagus. Persertanya membludag, “ ujar Handoko, ketua panitia lomba.<br /><br />Lomba yang dihelat di pusat latihan perkutut P3SI Korda Madiun, Komplek Stadion Wilis itu menghelat tiga kelas. Yakni, Senior, Yunior dan Kelas Piyik Hanging. Keluar sebagai juara keempat, setelah Naga Surya, Adinda dan Inova All Star, perkutut milik Danang, Ponorogo.<br /><br />Sedangkan posisi lima hingga sepuluh besar, masing-masing diraih, Gladiator (Sudirman, Madiun), Melodiku (Sutrisno, Kediri), Anonim (Hadi, Magetan), Joyo, Mukandar, Ponorogo) Ruyung (Yong Bledek, Nganjuk) dan Satria (H. Parmin, Ponorogo).<br /><br />Inova Bird Farm Call HP 081 335 596 811Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2834519601449680254.post-30055012984640569732010-10-25T17:49:00.001-07:002010-10-25T17:50:01.294-07:00Ikon Irama Perkutut Sering Terjebak Trend PasarKegagalan kongmania dalam mengapresiasi irama perkutut, lebih dikarenakan pemahaman parsial terhadap suara perkutut itu sendiri. Penyebab lain, lantaran terjebak permintaan dan persaingan pasar bebas.<br /><br />Demikian data empiris yang berhasil diperoleh penulis. Indikasinya, kongmania kerap hanya fokus pada bunyi suara tengah (ketek) jika mencermati irama perkutut. Padahal, irama perkutut tercipta dari kompilasi bunyi angkatan (suara depan), ketek (suara tengah), tengkung (ujung) dan dasar suara.<br /><br />“Kenapa sampai terjadi begitu? Penyebabnya, karena perubahan tren pasar,” ujar Suhendro, pakar perkutut asal Kediri.<br /><br />Pemilik :Gotong Royong”, burung kampiun senilai setengah miliar itu mencontohkan,. saat ini, ketika tren pasar terhipnotis suara ketek perkutut dobel dan dobel plus, kongmania lantas beranggapan, irama burung terbagus saat ini tercipta dari suara tengah dobel dan dobel plus.”Padahal tidak semua perkutut dengan ketek dobel itu berirama bagus. Banyak perkutut engkel dan satu setengah berirama bagus. Bahkan lebih bagus dari dobel dan dobel plus,” lanjutnya.<br /><br />Tapi diakui, kekeliruan salah kaprah dalam pemahaman irama burung perkutut ini, praktis jadi fenomena klasik di tengah perburuan burung klangenan ini.<br /><br />Boleh jadi, kelak ketika inovasi kandang berhasil menetaskan burung perkutut dengan ketek tripel atau tripel plus (lebih dari delapan – sembilan ketukan) irama perkutut bakal terjebak pada perkutut dengan ketek tripel atau tripel plus.<br /><br />Masgulnya lagi, nilai-nilai materialistik, seperti permintaan pasar dan lebel harga dalam konteks apresiasi irama ini, terbukti mampu memporakporandakan nilai idealisme.<br /><br />Fakta berbicara, perkutut dengan suara ketek engkel, sebagus apa pun iramanya, tetap asor (kalah saing dan pamor) jika dibanding dengan ketek satu setengah maupun dobel. Meski, ketika turun lomba perkutut engkel itu terbukti burung kampiun peraih tropi kejuaraan.<br /><br />Paling aman, ikuti tren pasar tanpa meninggalkan standardisasi apreasiasi baku. Terlebih jika kongmania telah bertaruh investasi dan menjadikan perkutut sebagai bagian dari ajang bisnis.<br /><br />Kecuali, Anda penggemar perkutut klangenan sejati. Yakni, penggemar perkutut dengan keyakinan maton, bahwa irama perkutut terbaik adalah perkutut yang berhasil membuat Anda orgasme ketika mendengarkannya! (Andi Casiyem Sudin/bersambung)<br /><br />BURSA & KONSULTASI PERKUTUT CALL HP 081 335 596 811Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2834519601449680254.post-5098850831717614022010-10-25T17:46:00.000-07:002010-10-25T17:47:38.089-07:00Penilaian Irama Perkutut Tidak Berlaku SurutTata cara lomba dan penjurian burung perkutut yang dikeluarkan Persatuan Pelestari Perkutut Indonesia (P3SI) menyebut, pakem (standardisasi) irama perkurut harus memenuhi unsur senggang, lenggang elok dan indah.<br /><br />Senggang artinya irama perkutut itu memiliki intonasi, atau jeda relatif senjang. Tidak rapat (nrithik), tidak tergesa-gesa (ngosrog). Istilah kongmania kata senggang ini sering disebut dengan istilah “mad” atau “laras”. “Kita (kongmania, red) sering menyebutnya dengan kata lelah,” ujar Saiful, juri bersertifikat nasional asal Kediri.<br /><br />Pendekatan arbiter yang lebih pahami umum, barangkali adalah mendayu-dayu.<br /><br />Kriteria lain yang harus dimiliki pada kualitas irama perkutut adalah lenggang. Padan kata dari lenggang adalah bernada melankolis dan ritmis. Atau juga bernuansa romantis.<br />Akan lebih bernilai tinggi, jika kualitas lenggang ini berunsur spesifik. Atau dalam bahasa kongmania, berunsur “nyele”. Maknanya berbeda dengan yang lain.<br /><br />Patut disepakati, apresiasi terhadap irama perkutut (irama alam) berbeda dengan aspresiasi tangga nada (notasi). Standardisasi irama perkutut bergantung pada cita rasa. Tidak maton (tidak baku) dan terus berkembang sesuai dengan temuan dan keberhasilan inovasi ternak dan segemen pasar perkutut itu sendiri.<br /><br />Konsekekuansinya, sistem penialaian keindahan bunyi perkutut tidak berlaku surut (pengurangan) sebagaimana penilaian tangga nada lagu, tapi berjalan maju (penambahan).<br /><br />”Di kongkurs burung perkutut, juri bukan mencari kesalahan bunyi burung, tapi mencari keindahan bunyi. Ditunggu, sampai perkutut itu mengeluarkan bunyi terbaiknya, baru kita nilai,” lanjut Saiful.<br /><br />Data empiris, puncak apresiasi irama perkutut terus mengalami peningkatan, jika enggan menyebut perubahan, setiap kurun waktu. Di era kejayaan perkutut lokal, tahun 80-an ke bawah, penetrasi rasa kongmania terfokus pada alunan nada perkutut engkel atau genep (empat ketukan. Yakni kla..ke..tek..kung).<br /><br />Pasalnya era tersebut masih didominasi perkutut jaringan atau undhuhan (mengambil anakan burung) dari alam. Wirama (nada) Perkutut Bongkok hasil olah kandang, belum begitu dikenal.<br /><br />Karena perkutut yang ada di alam hanya menyajikan bunyi engkel, orang pun lantas mencari puncak keindahan suara pada perkutut yang memiliki bunyi engkel.(bersambung)<br /><br />BURSA PERKUTUT BEKUALITAS CALL 081 335 596 811Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2834519601449680254.post-46592568109355177962010-01-05T18:59:00.000-08:002010-01-05T19:01:19.923-08:00Menghayati Suara “Senggakan” Perkutut Sebagai AnugrahNada “senggakan”, dalam terminologi seni gamelan atau karawitan, bermakna teriakan untuk membangkitkan kantuk. Karena konteksnya adalah seni, tentu, “senggakan” juga memiliki aturan. Tidak asal berteriak. Harus merunut atau seirama (laras) dengan nada. Muaranya, meski bermaksud menjagakan kantuk, teriakan itu tetap terdengar indah. Misalnya, yaee…yaee…yaee..haaa…ooooo.<br /><br />Istilah senggakan juga dikenal akrab di blantika seni suara burung perkutut. Malah, “senggakan”, bisa jadi juru kunci pengungkit suara perkutut untuk mendapatkan nilai sempurna (45). Pendekatan lebih sederhana, “senggakan” nyaris serupa dengan arsenal pada ujung peluru kendali. Arsenal itulah yang mampu mencipta ledakan dahsyat dengan hasil sempurna.<br /><br />Blantika seni suara butung perkutut juga mengenal kata senggakan. Tempatnya ada pada ujung suara (tengkung). Survei lapangan membuktikan, dewan juri serta merta bakal menancapkan bendera “koncer penthol” (bendera lima warna berujung bola pingpong), manakala mendapati perkutut memiliki senggakan. <br /><br />Berbeda dengan senggakan nayaga pada pentas karawitan, senggakan pada ujung perkutut ini, berupa bunyi noklak (klaaa), sebanyak satu atau dua kali di antara tengkung. Misalnya, Klaaa …ke-tek-ke-tek…kong, kla…ke-tek-ke-tek…kong (setelah berbunyi stabil begitu, kemudian di tengah-tengahnya muncul bunyi) Kla…ke-tek-ke-tek..klaa, selanjutnya kembali lagi ke bunyi standar awal, Kla…ke-tek-ke-tek…kong.<br /><br />Berani bertaruh, jika Anda memiliki perkutut dengan suara senggakan seperti itu, burung Anda dipastikan bakal mengantongi nilai sempurna di kolom penilaian irama. Sebab, kualitas irama perkutut itu, tak hanya lenggang dan senggang. Tapi juga mengandung unsur elok.<br /><br />Elok dalam irama perkutut bermakna, merdu dan indah. Tidak blero atau fals, rata dan laras. Keindahan irama akan terdengar lebih sempurna jika diselingi suara senggakkan.<br /><br />Sayangnya, mencetak burung kampiun yang memiliki suara senggakan terbukti tidak gampang. Sepanjang sejarah konkurs perkutut, tidak setiap musim lomba muncul burung jawara yang memiliki suara senggakan.<br /><br />Di even puncak apresiasi perkutut nasional berlebel Hamengkubuwono Cup atau Piala Raja, misalnya, tidak setiap tahun muncul burung jawara bersuara senggakan. Kecuali, barangkali, saat masa kejayaan Misteri Bahari, di paroh tahun 90-an.<br /><br />Sejumlah pakat perkutut, cenderung geleng-geleng kepala jika sudah diajak bicara soal bunyi senggakan. Pasalnya, bunyi senggakan ini cenderung muncul secara natural dan spontan.”Saya kita factor X lebih dominan, jika bicara soal suara senggakan burung perkutut,” ungkap Lamidi, Ketua Departemen Penjurian P2SI Korwil Jatim, Senin (28/12).<br /><br />Data empiris menunjukkan, tidak semua perkuktut jawara mampu meletupkan suara senggakan. Yang lebih sulit lagi, burung bersuara senggakan, juga tidak setiap bunyi mengeluarkan senggakan. “Sepertinya bunyi senggakan perkutut dalam lomba sama dengan hoky. Atau anugrah. Sebab, burung itu bisa menyalip di tikungan,” lanjut Lamidi.<br /><br />Yang dimaksud menyalip di tikungan dalam lomba perkutut adalah menyalip nilai tertinggi pada saat-sat kritis. Atau pada saat penentuan kejuaraan.(bersambung) andi casiyem sudin)Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2834519601449680254.post-91627330736502977752010-01-05T18:58:00.000-08:002010-01-05T18:59:38.812-08:00Unsur ‘Miji-Miji” Dalam Irama PerkututHobi memang unik. Seunik perbandingan kepuasan rasa dengan nilai objek habi itu sendiri. Karena, puncak apresiasi hobi bermuara pada rasa, maka posisi “ego” sangat dominan. Begitupun, hobi burung perkutut. Yakinlah, orang di luar kongmania (komunitas penghobi berat burung perkutut), bakal geleng kepala jika diajak bicara soal dunia satwa bernilai spesifik ini.<br /><br />Sekadar, mengingatkan, acuan dasar Tata Cara Konkrus dan Penjuarian produk P3SI, nilai dalam konkurs burung perkutut adalah pernyataan perbandingan keindahan suara yang diwujudkan dalam angka-angka tertentu.<br /><br />Penilaian keindahan suara dalam konkurs itu sendiri dirinci ke dalam lima (5) sasaran penilaian. Yakni : a) Suara depan, dengan kriteria panjang, membat (mengayun) bersih. b) Suara tengah, dengan kriteria bertekanan, lengkap dan jelas. c). Suara ujung dengan kriteria bulat, panjang dan b. d). Irama dengan kriteria senggang, lenggang, elok dan indah. e). Dasar suara atau kualitas suara dengan kriteria tebal, kering, bersih dan jernih.<br /><br />Ulasan soal angkatan, suara tengah (ketek) dan ujung (tengkung), sudah diluncurkan secara bersambung. Sekarang, sampai pada pemahaman tentang irama atau lagu.<br /><br />Dalam konteks apresiasi seni suara burung perkutut, irama menduduki posisi puncak. Sebab, acuan dasar penilaian kualitas irama perkutut, merupakan kompilasi dari keseluruhan kualitas rangkaian suara. Yakni, suara angkatan, tengah (ketek), ujung (tengkung), dan terakhir dasar suara atau kwalitas suara.<br /><br />P3SI memberi pakem penilaian irama perkutut ini dengan kriteria senggang, lenggang, elok dan indah. Senggang dalam dunia perkutut sering disebut “miji-miji”. Istilah ini lebih merujuk pada kwalitas suara tengah yang musti bertekanan, lengkap dan jelas.<br /> <br />Istilah “miji-miji” juga terkait erat dengan intonasi atau jeda. “Mengukur intonasi suara tengah, yang paling gampang ya dengan ketukan,” ungkap Kunto Wijoyo, juru perkutut asal Klaten, Jawa Tengah.<br /><br />Seperti kebanyakan juri lain, Kunto lebih sepakat mengukur intonasi bunyi perkutut yang disebut “miji-miji”, maksimal dua ketukan dalam satu detik. Jika intonasi yang terbentuk lebih rapat, istilah yang dipakai bukan lagi “miji-miji” tapi “nyeret”. Dan itu akan menjadikan irama burung jadi kurang nyaman untuk didengarkan.<br /><br />Terdapat perbedaan mendasar antara apresiasi burung perkutut dengan burung acehan. Mengukur kwalitas suara burung ocehan, kriterianya justru harus kasar dengan intonasi yang cepat dan tegas. Takaran kwalitas irama perkutut justru sebaliknya. Harus senggang atau “miji-miji”.<br /><br />Diakui, itu pula yang menjadi alasan paling mendasar, kenapa penggemar burung perkutut (anggungan), enggan untuk turun ke dunia hobi burung acehan. Begitu pula sebaliknya. Ibarat musik, suara burung perkutut masuk ke jenis musik klasik, sedangkan acehan laiknya musik pop atau rock.<br /><br />Selain senggang, kreteria irama atau lagu burung perkutut harus lenggang. Padan kata lenggang adalah merdu. Atau di kalangan kongmania lebih sering dikatakan dengan istilah “lelah”. Pertanyaannya, bagaimana sosok suara perkutut yang disebut “lelah” itu? (bersambung) andi casiyem sudin.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2834519601449680254.post-34521467147661377162010-01-05T18:57:00.001-08:002010-01-05T18:57:51.957-08:00Tren Ujung Perkutut 2010 Masih Berkiblat ke BangkokMuhammad Yosep alias Yusuf Klantan, dalam berbincangan telepon, mengatakan, dia tengah bongkar pasang materi kandang untuk mencetak anakan perkutut berujung panjang. Importir perkutut asal Kelantan Malaysia itu, memprediksi, tren suara perkutut 2010 bakal didominasi ujung panjang dengan volume besar, bulat dan kristal. <br /><br />“Kalau tren suara angkatan dan tengah, saya kira tidak begitu banyak perubahan,” ujarnya, Senin (14/12). Padahal, mayoritas peternak mengakui, tidak gampang mencetak ujung panjang. Kalau menjetak anakan perkutut dengan angkatan dan ketek berkualitas, relatif mudah.<br /><br />Importir perkutut yang kini bermukim di Tulungagung itu pun lantas mencoba memformat materi indukan dari Bangkok Selatan dengan produk nasional. Sejauh ini, perkkutut impor asal Bangkok Selatan, dikenal bersuata besar dan berujung panjang. Sedangkan keunggulan produk lokal berada di suara angkatan, tengah dan irama.<br /><br />Yang jadi pertanyaan, sepanjang apa ujung yang bakal jadi tren perkutut 2010? Teka-teki ini, diakui, kini menghantui peternak papan atas dalam negeri. Sebab, untuk mencetak perkkutut jawara beujung panjang, serupa “Aljazair”. perkutut jawara milik Tim Terminal Perkutut, Surabaya dan “Jamaica” milik Hendri S, Tasikmalaya, sulitnya bukan kepalang.<br /><br />Dua perkutut yang bertengger di urutan atas LPI 2009 itupun, ternyata burung import, produk peternak Bangkok. Bukan produk dalam negeri. Maknanya, kongmania negeri tercinta ini, terbukti masih berkiblat ke negeri jiran. <br /><br />Padahal, merunut muasal perkutut, orang dengan ringan bakal ngomong, habitat murni burung klangenan itu berasal dari Indonesia. Sejumlah sumber mengatakan, hubungan bilateral Majapahit dengan Negeri Campa, mengawali migrasi perkutut unggulan dari Tanah Jawa ke Thailand.<br /><br />Sepakatlah, mustinya fenomena ini dijadikan acuan dasar inovasi kandang peternak dalam negeri. Terus menerus berkiblat ke Bangkok, sama halnya mengesampingkan produk dalam negeri. Pertanyaan lanjut, sampai kapan, kongmania negeri tercinta bangga dengan produk mancanegara?<br /><br />Terlepas dilemma itu, langkah yang dilakukan Yusuf, boleh dibilang langkah maju.Setidaknya, jika acuan dasarnya, terfokus pada menggali matari kelokalan untuk disempurnakan dengan materi manca negara. Lalu, sekali lagi, sepanjang apa ujung yang didambakan?<br /><br />Sejumlah pakar perkutut saat ditanya soal ini, dengan ringan menjawab, minimal sepanjang ujung “Aljazair” dan “Jamaica”. Pakar perkutut dari Surabaya, Lamidi, menengarai dengan tiga hingga empat tekukan jari tangan. Jika demikian itu yang terjadi, berarti tren ujung perkutut jawara 2010 bakal tembus empat hingga lima tekukan jari tangan.<br /><br />Maknanya, kiblat tren ujung perkutut 2010, masih belum bergeser dari Bangkok Selatan. Makna lain, terbukti peternak dalam negeri belum mampu mengembalikan simbol lelaki sejati ini, ke negeri sendiri.(bersambung) andi casiyem sudinUnknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2834519601449680254.post-29135532216369287632010-01-05T18:53:00.000-08:002010-01-05T18:55:29.797-08:00Ini Dia Burung Perkutut Bernilai Miliaran<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPAtsMYo47wpgVdQ3CnyzLvimHqVl4V1v54LhxYYfz6Xb1lFggCAUrBz2drvHbUD31yzRCfv9x9SBDJGU17-UbMuaO4tX8eyz8kcSNUSZLJMEK3LUKhNX-JVa0cNZvyxqmXXAqBn8PUp0a/s1600-h/kututbos.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 300px; height: 202px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPAtsMYo47wpgVdQ3CnyzLvimHqVl4V1v54LhxYYfz6Xb1lFggCAUrBz2drvHbUD31yzRCfv9x9SBDJGU17-UbMuaO4tX8eyz8kcSNUSZLJMEK3LUKhNX-JVa0cNZvyxqmXXAqBn8PUp0a/s320/kututbos.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5423454966139344690" /></a><br /><br />Komunitas di luar pecinta burung perkutut, yakinlah, bakal berdecak kagum dan geleng kepala mendengar ini. Seekor perkutut jawara nasional, peraih point LPI (Liga Perkutut Indonesia) tertinggi, bandrolnya ternyata tak hanya jutaan tapi tembus miliaran rupiah. <br /><br />Hasil penelusuran www.lawupos.net, burung perkutut jawara nasional pertama yang dibandrol miliaran rupiah adalah Susi Susanti. Perkutut jawaran di era tahun 80-an, milik H. Muhammad, Surabaya ini pernah dibandrol Rp 0,75 miliar (Rp 750 juta). Bergelang GM, Susi Susanti sempat merajai konkurs perkutut dalam negeri hingga empat tahun berturut-turut.<br /><br />Perkutut jawara nasional lain yang dibandrol selangit adalah Misteri Bahari. Perkutut milik John Suwandi, Cirebon, Jawa Barat ini, moncer di era tahun 90-an. Perkutut non ring, dengan karakter suara dobel berujung panjang ini, di masa kejayaannya, sempat ditawarkan Rp 1 miliar. Oleh, A Lung, peternak perkutut berlebel Kopa Surabaya, perkutut ini ditawar Rp 600 juta. Tapi John, hanya tersenyum. Belakangan, Misteri Bahari diternak dan anakannya (piyikan atau bakalan) dibandrol antara Rp 30 juta – Rp 50 juta).<br /><br />Masih di era 90-an akhir, kembali muncul perkutut jawara dengan bandrol selangit. Rating itu dimiliki Meteor, perkutut milik Tim Terminal Surabaya. Bertipe bunyi dobel, dobel ples, besar dan berujung panjang, Meteor dimasa jayanya dibandrol 1,5 miliar. Dan lagi-lagi tawaran di bawah Rp 1 M ditampik pemilik. Tim Selancar pilih Meteor masuk kandang. Anak Meteor juga dibandrol selangit. Sekitar Rp 40 – Rp 75 juta.<br /><br />Masuk era 2000-an, perkutut jawara nasional peraih point tertinggi LPI, yang dibandrol miliaran, jumlahnya kian bertambah. Tim Terminal Surabaya, kembali pecahkan rekor sebagai pemilik perkutut jawara. Salah satunya, perkutut yang diberi nama Aljazair. Burung bergelang MLT asal Bangkok ini, dibandrol Rp 1,7 miliar.<br /><br />Selain Aljazair, muncul pula Jamaika, perkutut milik Hendy, peternak WAT Tasik Malaya, kemudian Jamela H. Zainuri Hasyim, Bandung, serta Edy Yusuf dengan beberapa perkutut yang terkenal dengan nama belakang Raja. Seperti Mustika Raja, Pusaka Raja dan Tombak Raja. Deretan nama perkutut jawara itu, rata-rata dibandrol Rp 1 miliar lebih.(elpos)Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2834519601449680254.post-30564255476814723722009-12-07T03:25:00.001-08:002009-12-07T03:26:16.951-08:00Ketek Kopong Picu AmbiguPola dasar suara perkutut dobel dan dobel plus, kini jadi genre mutakhir tren perkutut nasional. Wajar, jika kongmania memburunya. Meski untuk mendapatkan burung klangenan itu, penggemar musti mengeluarkan ratusan hingga di atas satu miliar.<br /><br />Abay, peternak belebel Palm, Tasik Malaya, rela merogoh kocek hingga setengah miliar, hanya untuk berburu materi indukan jantan jawara benama Aljazair milik Bambang Atmaja (Terminal Perkutut-TP).<br /><br />Sementara di kandang Palm, anakan atau piyikan Aljazair, dibandrol sebesar Rp 50 juta - Rp75 juta dengan sistem booking. Bassic blood perkutut dobel plus berlebel Meteor, Selancar, Surabaya, sudah beberapa musim konkurs, membuka penawaran anak Meteor dengan bandrol Rp 30-45 juta.<br /><br />Bandrol yang dipasang untuk anakan perkutut papan atas ini, jelas cukup menggiurkan.Namun, musti diyakini, tidak semua keturunan perkutut juara mampu jadi juara. Bahwa, pameo perkutut juara 99 persen lahir dari indukan juara, benar adanya. Tapi survey juga membuktikan, tidak sedikit generasi perkutut jawara, tumbang di lapangan.<br /><br />“Kabanyakan hancurnya di suara tengah. Kalau tidak “ketelek” ya “kopong” atau cowong (kosong,Red),” ujar Kho Ting Han, pakar perkutut Madiun.Acuan mendasar, perkutut bukan benda mati yang bisa diproduk dengan mesin. “Factor X sangat menentukan,” lanjutnya.<br /><br />Karenanya, disarankan kepada pemula, agar lebih cermat dalam memilih perkutut yang bakal dibeli. Terutama, mencermati suara tengah (ketek) dan ujungnya. Sebab, banyak perkutut berpola dasar suara dobel dan dobel plus, tapi jika dicermati lebih njlimet lagi, ternyata “kopong”. Kalau tidak begitu ya “ketelek”.<br /><br />Kopong adalah istilah untuk menengarai bunyi ketek yang tidak lengkap alias kosong. Pengamatan lapangan, banyak perkutut berpola dasar suara dobel dan dobes plus, tapi jika dijlimeti lagi sebenarnya kosong.<br /><br />Kongmania mengakui, cukup sulit membedakan ketek lengkap dan kopong. Sebab, jika didengar sekilas, suara ketek kopong itu nyaris menyerupai ketek lengkap. Misalnya, hur..te..te..te..te..kung, Atau klaa…te…te…te...te…kung. Atau juga waii…te…te…te…te…kung.<br /><br />Mencermati contoh tersebut, sekilas suara tengah perkutut itu masuk dalam kriteria dobel. Yakni, lantaran tersusun dari enam ketukan. Tapi jika dijlimeti lagi, suara tengah perkutut tersebut sebenarnya kopong atau kosong. Sebab hanya terbentuk dari pengulangan kata ‘te’. Padahal, pakem suara tengah perkutut harus terbentuk dari dua suku kata atau dua silap. Yaitu, ‘ke’ dan ‘tek’.<br /><br />Kurangnya pemahaman sebagian kongmania membedakan soal ketek ini, acapkali menyulut keributan di tengah konkurs. Terutama, jika dalam konkurs tersebut muncul sejumlah burung berpola dasar dobel atau dobel plus, yang sekilas, terdengar nyaris serupa.<br /><br />Dampaknya, juri sering dijadikan kambing hitam.Tudingan jelek, tidak jarang mengarah ke juru pengadil di lapangan ini. Padahal, bagi pakar perkurut, perbedaan antara ketek dobel dan ketek kopong, meski tipis, tetap berbeda.<br /><br />Tipisnya perbedaan ini pula, diakui, menjadikan nilai tawar ketek dobel atau dobel plus setara dengan ketek kopong. Di pasar bebas, perkutut bersuara ketek kopong, asal membentuk rangkaian enam ketukan atau lebih, dibandrol dengan harga selangit.Sasarannya adalah pemula yang belum paham apresiasi suara.<br /><br />Sungguh, rendahnya apresiasi di kalangan kongmania ini, memicu terjadinya ambiguitas dalam menengarai suara ketek. Banyak penggemar yakin, pokok berbunyi enam ketukan, perkutut itu masuk ke kriteria dobel. Meski, harus diakui, bahwa keyakinan ini keliru.<br /><br />Jebakan berikutnya dalam apresiasi suara perkutut adalah membedakan ketek lengkap dan “ketelek”. Bagaimana bentuk suara perkutut “ketelek” itu?(bersambung) andi casiyem sudin.Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2834519601449680254.post-20863570702654468012009-12-01T07:34:00.000-08:002009-12-01T07:37:18.883-08:00Dobel Plus Genre Mutakhir Perkutut Indonesia<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9XMLKtbKG-HoPU-dQDGNFpNNcvY11OsHBSYh_7D0IWEt-4G52ctc7FxO02qIPL6ET7hgXiIwx94mMqOh2lbHGAHSSnkfcajdEEu2KUmKeebfsAm5RkoUXQFHm9zFpdXnCSWfI0GBf6loh/s1600/perkutut5.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 214px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9XMLKtbKG-HoPU-dQDGNFpNNcvY11OsHBSYh_7D0IWEt-4G52ctc7FxO02qIPL6ET7hgXiIwx94mMqOh2lbHGAHSSnkfcajdEEu2KUmKeebfsAm5RkoUXQFHm9zFpdXnCSWfI0GBf6loh/s320/perkutut5.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5410292251160443538" /></a><br /><br />Acauan dasar, suara perkutut dobel plus terangkai dari tujuh ketukan suara. Yakni, satu suara angkatan, lima ketukan suara tengah (ketek) dan satu ketukan suara ujung. Namun dalam perkembangannya, istilah dobel plus ini digunakan untuk menengarai perkutut yang berbunyi tujuh ketukan atau lebih.<br /><br />Yang cukup menyulitkan, meski istilah dobel plus digunakan untuk menengarai perkutut yang berbunyi tujuh ketukan atau lebih, khusus untuk perkutut yang berbunyi delapan ketukan, istilah yang dipakai bukan lagi dobel plus tapi triple.<br /><br />Gampangnya, perkutut dobel plus adalah perkutut yang mampu merangkai suara tujuh ketukan dan di atas delapan ketukan atau lebih. Khusus perkutut bersuara delapan ketukan, dinamai tripel. Yakni, satu ketukan suara angkatan, enam ketukan suara tengah (ketek) dan satu ketukan suara ujung.<br /><br />Contoh, suara perkutut dobel plus : hur…ketek…ketek…ke …kung. Atau klaa…ke-tek…ketek…ke…kung. Atau juga waii…ketek…ketek…ke…kung. <br /><br />Contoh suara perkutut tripel : hur…ketek…ketek…ketek…kung.Atau klaa…ke-tek…ke-tek…ketek…kung. Atau juga waii…ke-tek…ke-tek…ke-tek…kung. (Perhatikan, suara tengahnya. Perkutut berpola dasar suara triple memiliki enam ketukan suara tengah, atau tiga kali ketek).<br /><br />Sedangkan jika perkutut itu berbunyi di atas delapan ketukan, penggemar lebih condong memberi istilah dobel plus.Misalnya, terhadap perkutut dengan suara sembilan atau sepuluh ketukan.<br /><br />Barangkali komunitas di luar kongmania, bakal mengatakan, adalah mustahil, menjumpai perkutut dobel plus yang memiliki sembilan ketukan atau lebih. Tapi survei lapangan membuktikan, perkutut jawara tingkat nasional saat ini didominasi perkutut dobel plus.<br /><br />Sebut misalnya, “Meteor Selancar”, “Aljazair”, “Mahkota Raja” atau juga “Mandi Laras”. Deretan nama perkutut papan atas Liga Perkutut Indonesia (LPI) itu, adalah perkuktut yang memiliki karakter bunyi dobel plus.<br /><br />Bahkan, dalam perkembangannya, nama Meteor, Aljazair, Mahkota Raja dan Mandi Laras, belakangan justru dijadikan ikon perkutut dobel plus. “Basic blood”, peternak perkkutut nasional juga berkiblat ke sini. Maknanya, nama perkutut jawara itu, mampu membentuk genre baru blantika perkutut jawara nasional. <br /><br />“Awalnya penggemar perkutut phobi, terhadap perkutut dobel plus. Perkutut dobel plus dianggap sirikan (pantangan,red), ” ujar Lamidi, ketua departemen penjurian P3SI Korwil Jatim. Penyulutnya, perkutut dobel plus biasanya hancur di suara ujung. Atau patah (perkutut yang tidak memiliki suara ujung -- insya Allah akan kami bahas pada edisi berikutnya,red). “Tapi sekarang perkutut dobel plus justru diburu kongmania,” lanjut pakar perkutut yang tinggal di Sidoarjo itu. <br /><br />Seperti halnya perkutut dobel, kualitas suara tengah dobel plus atau tripel, harus jelas, bertekanan dan lengkap. Tidak “nrithik, jalan atau nyeret”. Istilah yang lebih tepat, harus terformat dengan intonasi suara yang “miji-miji dan lelah” (berintonasi stabil). <br /><br />Bagaimana membedakan suara ketek “nrithik dan miji-miji”? Mudah banget. Coba ketukkan ujung jari Anda ke meja atau papan. Bentuk ketukan dengan intonasi senggang. Misal, tiap satu detik satu ketukan. Bunyi yang terbentuk dari ketukan ujung jari anda dengan intonasi stabil satu detik itu, boleh dikatakan sebagai ketukan yang “miji-miji”.<br /><br />Sekarang, ketukkan ujung jari Anda ke meja atau papan. Intonasinya dibuat dua sampai tiga ketukan dalam satu detik. Bunyi yang dihasilkan ketukan ujung jari dengan intonasi dua sampai tiga ketikan dalam satu detik itu, bisa dikatakan nrithik atau nyeret.(bersambung) andi casiyem sudinUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2834519601449680254.post-47902875206829485852009-11-30T21:46:00.000-08:002009-11-30T21:50:04.435-08:00Hindari Suara Dobel Nrithik dan Nyeret<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPjlmgVfIpwK9_OV8mq4QQDlrLtd3xc_LwW7k4SsdsJvchfJHqsCl1LXL-HTHc5YD3lFk3SKEWuAr3EHjfPUG2e5g2g_3kJQ-npAe946N_1sRsVq2Cr2L1FmwUUD2upBLbvu0g3pcP62lw/s1600/kutut+ijo+copy.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 238px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPjlmgVfIpwK9_OV8mq4QQDlrLtd3xc_LwW7k4SsdsJvchfJHqsCl1LXL-HTHc5YD3lFk3SKEWuAr3EHjfPUG2e5g2g_3kJQ-npAe946N_1sRsVq2Cr2L1FmwUUD2upBLbvu0g3pcP62lw/s320/kutut+ijo+copy.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5410140926434006594" /></a><br /><br />Searah keberhasilan eksploitasi olah ternak burung perkutut, ikon suara perkutut bergeser. Awalnya, penghobi lebih menekankan, kualitas suara perkutut hanya pada pola dasar “engkel atau genep” (empat ketukan). Sejak paro tahun 90-an, ikon suara perkutut bergeser ke pola dasar suara “dobel” (enam ketukan) dan “dobel plus” (delapan ketukan).<br /><br />Ikon ini, dalam praktinya, lebih dipengaruhi tren pasar.”Rumus ekonomi, di sektor apapun tren pasar mampu merubah pakem yang sudah ada,” ujar Lamidi, ketua bidang penjurian P3SI Korwil Jatim.<br /><br />Di era kejayaan “Susi Susanti” dan “Arung Samudra” serta “Pele”, tahun 80-an, tren pasar perkutut masih didominasi pola dasar suara “engkel” dan “satu setengah”.Masuk awal tahu 90-an, ketek dobel mulai digemari. <br /><br />Kemunculan “Leo Star” perkutut debutan Leo Bird Farm, Tasikmalaya, pelahan tapi pasti menggeser dominasi pola dasar suara engkel dan satu setengah. “Puncaknya, ketika “Misteri Bahari” (burung perkutut milik John Suwandi, Cirebon,red), merajai konkurs perkutut nasional,” jelas Lamidi.<br /><br />Bagaimana sosok pola dasar suara perkutut dobel dan dobel plus? Cermati bunyi anggungan perkutut Anda. Kemudian hitung dengan menekuk jari-jari tangan. Jika perkutut Anda mampu berbunyi enam ketukan atau enam tekukan jari, berarti perkutut itu masuk dalam katagori dobel. Yakni, satu ketukan suara angkatan, empat ketukan suara tengah atau ketek dan satu ketukan suara ujung. <br /><br />Contoh burung berpola dasar suara dobel adalah jika perkutut itu mampu mengeluarkan suara sebagai berikut: hur…ke-tek…ke-tek…kung, atau klaa…ke-tek…ke-tek…kung, atau juga waiii…ke-tek…ketek…kung.<br /><br />Meski begitu, perlu diingat, tidak semua perkutut dengan pola dasar suara dobel masuk dalam kriteria berkualitas lomba. Survey menunjukkan, banyak perkutut berpola dasar suara dobel justru berkualitas jelek. Penyebabnya, lantaran bentukan suara ketek tersebut, tidak betekanan, lengkap dan jelas.<br /><br />Dalam praktik, ada beberapa jenis pola dasar perkutut bersuara dobel. Antara lain, dobel “nrithik”. Istilah ini diberikan pada perkutut yang memiliki ketek dobel, tapi intonasinya cepat, kurang jelas dan tidak lengkap. <br /><br />Kedua dobel “nyeret”, artinya suara tengahnya lebih kencang lagi, hingga tak mampu membentuk ketukan. Ketiga, dobel jalan, yakni, bentukan suara tengahnya agak lamban tanpi kurang bertekanan dan jelas.<br /><br />Keempat dobel “lelah”. Yakni, bersuara tengah dengan intonasi tetap, senggang, bertekanan, lengkap dan jelas. Misalnya, jika ketukan suara tengah pertama berintonasi satu detik, bentukan suara tengah kedua juga harus satu detik. Begitu pula, tenggang waktu intonasi dari suara angkatan ke ketek dan dari ketek ke suara ujung.<br /><br />Sampai di sini, coba sekarang cermati suara perkutut Anda. Hitung suara yang terbentuk dengan tekukan jari tangan, dan cermati pula tenggang waktu intonasi yang dibutuhkan dalam setiap ketukan. Jika, tenggang waktu tekukan itu sama, dan memebentuk irama yang stabil, tidak nritik, tidak nyeret dan tidak jalan, maka, perkkutut Anda masuk dalam katagori bekualitas lomba.<br /><br />Selanjutnya, pola dasar suara perkutut ketek dobel plus. Mengingat, bahwa pola dasar perkutut dobel plus ini merupakan ikon tertinggi kualitas perkutut era kini, maka pembahasannya pun, harus detail dan dalam waktu dan ruang tersendiri.(bersambung) andi casiyem sudinUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2834519601449680254.post-10426407689763099092009-11-30T21:29:00.000-08:002009-11-30T21:31:51.038-08:00Suara Tengah Tentukan Band Image Perkutut<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggx38dwks_bEa6Z2XFduqLWdl1Oj6tSXmiw9lPeDrMLAqYQBacHPDu8_d3-FpHofamCXV0Xhy3r5vXtMxOkdP_rsxML7zstj9mJ8rQx-x3w-rDwez_uTjd1quUjFtJr2nyYIZJ-T0dS-9j/s1600/kutut.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 298px; height: 210px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggx38dwks_bEa6Z2XFduqLWdl1Oj6tSXmiw9lPeDrMLAqYQBacHPDu8_d3-FpHofamCXV0Xhy3r5vXtMxOkdP_rsxML7zstj9mJ8rQx-x3w-rDwez_uTjd1quUjFtJr2nyYIZJ-T0dS-9j/s320/kutut.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5410136222923055954" /></a><br /><br />Tingkat kesusitan tertinggi dalam apresisasi seni suara burung perkutut berada pada apresiasi suara tengah. Ironisnya, ikon perkutut, justru ditentukan oleh suara tengahnya. Atau keteknya.<br /><br />Mengutip sistem penjurian yang dikeluarkan oleh Persatuan Pelestari Perkutut Seluruh Indonesia (P3I), dikatakan suara tengah perkutut berkualitas harus memiliki tiga kriteria. Yakni, bertekanan, lengkap dan jelas.<br /><br />Lebih jlimet lagi, suara tengah atau ketek perkutut, harus terdiri dari dua silap atau dua suku kata. Yaitu, ke dan tek. Hingga, jika suara itu dirangkai akan terbentuk dua rangkaian suara ke-tek.<br /><br />Pakem atau standardisasi suara ketek ini, sudah diakui secara turun temurun, dari era kejayaan raja-raja di Pulau Jawa hingga era dioda. Yang bergeser, hanya kualitas ketek perkutut, menyusul kejayaan sistem ternak atau budidaya perkutut unggulan.”Dari dulu, pakem suara ketek ya ke dan tek. Tidak lebih tidak kurang,” ungkap Saiful, juri perkutut standar nasional asal Kediri. <br /><br />Namun praktik di lapangan, suara tengah burung perkutut, bisa dibagi lagi menjadi delapan pola dasar. Yaitu, cowong (dua ketukan). telon (tiga ketukan), engkel atau genep (empat ketekuan), karotengah atau satu setengah (lima ketukan), dobel (enam ketukan), debel plus (tujuh ketukan) dan tripel (delapan ketukan).<br /><br />Yang dimaksud ketukan dalam konteks ini adalah hitungan dalam keseluruhan bunyi. Dari bunyi angkatan, ketek, dan suara ujung atau tengkung. Bukan hanya dihitung suara tengahnya.<br /><br />Dengan acuan ini, maka pola dasar perkutut bersuara cowong (dua ketukan), adalah perkutut yang hanya berbunyi hur … kung. Atau, klaa … kung. Atau juga waeee … kung. Atau perkutut yang tidak punya suara tengah. Cowong berarti kosong.<br /><br />Makna perkutut bersuara talon, adalah perkutut yang hanya mampu bersuara tiga ketukan. Yakni, satu ketukan angkatan, satu ketukan suara tengah dan satu ketukan suara ujung. Perkutut ini, dinamakan juga perkutut mbojai (penipu), karena memiliki ketek yang tidak lengkap. Contohnya, hur… ke… kung, atau klaaa…ke…kung, atau juga waai… ke…. Kung.<br /><br />Pola suara dasar perkutut ketiga adalah engkel atau genep. Lebel ini diberikan pada perkutut yang bersuara lengkap, empat ketukan. Satu ketukan angkatan, dua ketukan suara tengah dan satu ketukan suara ujung. Contohnya, hur…ke…tek…kung, atau klaa…ke…tek…kung, atau juga waiii…ke…tek…kung.<br /><br /><br />Keempat adalah pola dasar suara perkutut karo tengah atau satu setengah. Yaitu, suara perkutut yang terdiri dari lima ketukan. Satu ketukan suara angkatan, tiga ketukan suara tengah, dan satu ketukan suara ujung.<br /><br />Suara perkutut ini dinamakan satu setengah karena hanya mampu mengeluarkan bunyi satu (1) ketek dan setengah ketek (ke). Contohnya, hurr … ketek..ke… kung, klaaa…ketek..ke… kung, atau juga waiii…ke..tek..ke..kung.<br /><br />Sekarang, bagaimana rangkaian bunyi suara perkutut dobel dan dobel plus? Penggila perkutut, kini menjadikan bunyi perkutut dobel atau dobel plus jadi ikon. Bahkan, takaran harga burung klangenan itu pun ditentukan oleh pola dasar dua bunyi ini. Padahal, tidak semuanya perkutut yang bersuara dobel bisa dianggap berkualitas. Pun tidak semua perkutut bersuara dobel plus, bisa dijual mahal. Lalu bunya ketek dobel dan dobel plus yang bagaimana yang masuk dalam standardisasi kualitas lomba? Bersambung.andi casiyem sudin.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2834519601449680254.post-46110443434817341652009-11-30T21:18:00.000-08:002009-11-30T21:20:47.136-08:00Makna Membat dan Bersih Angkatan Perkutut<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjP4JDSbKV4yzsfZwJ_6Bd7L8v_Vjhwl9jKS4PKE6g0pgFUUVGhVeRAxY6q8oVuyQv6q16HdmnJGNQea13cqToViWPc3-clCimmk3l5OLO0cX81RJMjyP1sr77Ypu_4LISf6hDMrFkDA7W_/s1600/kutut+014.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 238px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjP4JDSbKV4yzsfZwJ_6Bd7L8v_Vjhwl9jKS4PKE6g0pgFUUVGhVeRAxY6q8oVuyQv6q16HdmnJGNQea13cqToViWPc3-clCimmk3l5OLO0cX81RJMjyP1sr77Ypu_4LISf6hDMrFkDA7W_/s320/kutut+014.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5410133373364611970" /></a><br /><br />Membat, dalam konteks suara, irama atau nada, setara dengan mendayu-dayu atau elastis. Suara angkatan perkutut juga begitu. Kriteria suara angkatan perkutut, selain harus panjang seperti yang sudah dikupas, harus membat dan bersih. <br /><br />Atau, jika dicermati (bhs Jawa: dimat), terdengar mendayu-dayu, terdengar elastis, lembut dan menyentuh frasa romantisme. Meminjam apresiasi puisi barangkali kata membat yang terkandung dalam angkatan perkutut adalah ritmis.<br /><br />“Kalau digambar dengan garis, seperti setengah parabola tapi cekungannya agak dangkal,” ujar M. Yadi, juri perkutut dari Yogyakarta, Kamis (26/11). Diakui, sulit memang untuk menentukan kriteria membat dalam angkatan perkutut. Sebab, ini berhubungan erat dengan rasa. Terlebih bagi pemula.<br /><br />Dampaknya, seringkali terjadi salah pilih. Sebab, ada suara angkatan perkutut yang sepintas terdengar membat, tapi jika dicermati sebenarnya masuk dalam kriteria “nelek” (gemetar seperti membrane tersentuh angin).<br /><br />Jalan terbaik, saran M Yadi, serahkan pada ahlinya. Artinya, jika pemula belum paham benar membedakan suara angkatan perkutut, ada baiknya minta tolong didampingi pakar, jika ingin mandapatkan perkutut unggulan. <br /><br />Pasalnya, suara angkatan perkutut sangat berpengaruh pada nilai irama dan dasar suara. Banyak perkutut unggulan yang tidak mampu berbicara di konkurs, lantaran suara angkatannya hancur. Padahal, nilai suara tengah (ketek), ujung (tengkung), irama dan dasar suaranya bagus.”Kalau terjadi begini kan ngeman (sayang,red),” lanjut M Yadi.<br /><br />Pengamatan di lapangan, Misteri Bahari (nama burung jawara milik John Suwandi Cirebon), mampu bertahan di urutan teratas LPI (Liga Perkutut Indonesia) dalam empat tahun berturut-turut di paro tahun 90-an lantaran memiliki suara angkatan sumpurna. Yakni, selain panjang, suara angkatan Misteri Bahari juga membat dan bersih.<br /><br />Kriteria lain yang harus terkandung dalam suara angkatan perkutut kampiun adalah bersih. Bersih dalam suara angkatan perkutut, berarti tidak mengandung unsur ‘er’ atau ‘ek’. Sebab konsonan ‘er’ dan ‘ek’ dalam apresiasi seni suara perkutut termasuk konsonan kotor. “Kalau membedakan unsur suara kotor, praktiknya memang agak gampang,” jelas Yadi.<br /><br />Terbaik adalah, jika suara angkatan perkutut itu mengandung unsur sengau (ngeng). Contohnya klaaangggggg, atau weeeennnggggg, atau klaoooongnngng, waaaeengngngng, atau haaeengngng.<br /><br />Sejumlah juri perkuktut, saat dikonfirmasi mengatakan, pendekatan nilai angkatan perkutut dengan kriteria panjang, membat dan bersih ini biasanya dinilai dengan angka sempurna atau (9).<br /><br />Setelah masuk pada apresiasi suara angkatan, berikutnya yang tidak kalah penting adalah mencermati suara tengah atau ketek. Bagaimana kriteria suara tengah perkutut berkualitas? (bersambung). andi casiyem sudinUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2834519601449680254.post-35452190536412634612009-11-30T21:12:00.000-08:002009-11-30T21:14:21.543-08:00Harga Perkutut Sama Dengan Kepercayaan<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvBnLhOOyHYGUjOsp8UlV0aa2wqaJyw1iIC5U9a5P8GEoS9WTTC3uD7UWzkYWweNJtzYPzPxBc17wxdXDnWVqqAhgslCzV1a6bX3VHZXNpIfLRuPCRyYI_N5cNUl56Fp_Ues5HsvS48pRW/s1600/sangkar+kutut.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 192px; height: 297px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvBnLhOOyHYGUjOsp8UlV0aa2wqaJyw1iIC5U9a5P8GEoS9WTTC3uD7UWzkYWweNJtzYPzPxBc17wxdXDnWVqqAhgslCzV1a6bX3VHZXNpIfLRuPCRyYI_N5cNUl56Fp_Ues5HsvS48pRW/s320/sangkar+kutut.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5410131726371164482" /></a><br /><br />Mohammad Yusuf,52, importir perkutut berdarah Kelantan yang kini bermukim di Tulungagung mengatakan, harga seekor perkutut ditakar dengan kepercayaan. Kualitas bunyi maupun materi (genetik), berada di urutan kedua.<br /><br />Komentar ini sepintas tampak controversial. Tapi di sektor hobis, terutama hobi perkutut, justru musti dijadikan acuan dasar. Ingin bukti? Tawarkan perkutut jawara pada orang yang bukan penggila perkutut. Dia hanya akan terbengong, jika sudah menyentuh sisi harga. Sebaliknya, penggila perkutut dijamin tidak akan keluarkan duit hingga ratusan juta jika orang yang menawari perkutut bukan pemain setara dia. “Tapi untuk mendapatkan kepercayaan pasar ya tidak gampang. Butuh waktu panjang,” katanya, Jumat (20/11).<br /><br />Kontroversi di sektor bisnis perkutut ini, sungguh, merupakan peluang empuk bagi pemain yang berhasil memeta pasar. Sebab, tidak jarang, seorang pakar mampu meraup keuntungan puluhan juta, dari sosok perkutut yang awalnya hanya dibeli ratusan ribu., Sebaliknya, di tangan orang yang bukan ahlinya, perkutut bernilai jutaan seringkali hanya dibanting senilai ratusan ribu.<br /><br />Itu dia. Lantaran barang yang dijualbelikan adalah perkutut, apa pun kiatnya, pemahaman karakteristik perkutut itu sendiri wajib dilakukan. Hasil survey menunjukkan, banyak peternak perkutut bongkar kandang lantaran tidak mendapat kepercayaan pasar. Padahal investasi yang dipertaruhkan tak sedikit. Mencapai miliaran.<br /><br />Sony Bird Farm adalah contoh konkret peternak burung perkutut yang gagal memformat segmen pasar. Padahal, Kongmania dalam negeri tahu persis, di era 80-an centra ternak perkutut milik Koh Jin, Madiun, ini masuk The Big Ten Indonesian Bird Farm.<br /><br />“Rata-rata kegagalan mereka dalam berternak karena dua alasan. Jika gagal dalam memeta segmen pasar, ya karena peternak itu sendiri belum memahami karakteristik suara perkutut,” ujar Lamidi, ketua Sie Lomba Persatuan Pelestari Perkutut Seluruh Indonesia (P3SI) Korwil Jatim.<br /><br />Menurut dia, banyak pemain yang belum paham mengapresiasi anggungan perkutut. Pemain, kebanyakan, keburu merasa bisa (rumangsa bisa), kemudian beranggapan burung miliknya paling bagus, disbanding burung punya orang lain. Dampaknya, ketika perkutut gacoannya gagal berkoar di lomba, serta merta mencari kambing hitam. “Di sisi ini juri perkutut yang biasanya jadi kambing hitam. Dianggap tidak bisa kerja,” kata Lamidi.<br /><br />Yakinlah, pemain perkutut dengan ego semacam itu, tidak akan bertahan lama dalam persaingan bisnis hobis. Sebab bisnis hobis butuh kesabaran tinggi. Ini mengingat, segmen pasar bisnis hobis relative terbatas. Boleh dibilang, hanya melingkat-lingkar di kalangan penghobi sejenis. Sahamnya, praktis hanya bertumpu pada kepercayaan pasar dan brand image. Sekali menciderai pelanggan, jangan harap bisa menggaet pelanggan lain.<br /><br />Dus, disarankan kepada pemula untuk memahami dulu karakteristik suara perkutut sebelum terjun ke bisnis perkutut.<br /><br />Mengutip acuan dasar Tata Cara Konkrus dan Penjuarian produk P3SI, nilai dalam konkurs burung perkutut adalah pernyataan perbandingan keindahan suara yang diwujudkan dalam angka-angka tertentu.<br /><br />Penilaian keindahan suara dalam konkurs itu sendiri dirinci ke dalam lima (5) sasaran penilaian. Yakni : a) Suara depan, dengan kriteria panjang, membat (mengayun) bersih. b) Suara tengah, dengan kriteria bertekanan, lengkap dan jelas. c). Suara ujung dengan kriteria bulat, panjang dan mengalun. d). Irama dengan kriteria senggang, lenggang, elok dan indah. e). Dasar suara atau kualitas suara dengan kriteria tebal, kering, bersih dan jernih.<br /><br />Dari lima kriteria itu, suara tengah lebih sering memunculkan silang pandang dan perdebadan panjang. Sejumlah pakar mengakui, kesulitan mendasar dalam memahami suara perkutut adalah mengapreasiasi suara tengah. “Kalau soal memahani suara angkatan (suara depan,red), irama, dasar suara atau suata ujung biasanya lebih mudah,” ujar Suyanto, juri nasional P3SI asal Jatim.<br /><br />Misalnya, memahami suara depan atau angkatan. Kuncinya hanya panjang memabat dan mengayun dan bersih. Bersih dalam hal ini harus terbebas dari konsonan “er” atau “ek”. Misalnya, wao….. atau klao…. atau juga waee … mau pun waeenng.... Yang agak sulilt barangkali, cara mengukur panjang pendeknya suara angkatan. Pertanyaannya, bagaimana mengukur panjang pendeknya suara depan? (bersambung) andi casiyem sudinUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2834519601449680254.post-31421935241587266182009-11-30T03:38:00.001-08:002009-11-30T03:39:02.100-08:00Kupas Tuntas Hobi Perkutut (2) Apresiasi Dulu, Baru InvestasiMitos burung perkutut menclok di becak H.Hasan, hingga kini tetap bergema mengilhami sukses stori Kongmania (sebutan penghobi berat burung perkutut) di tanah air. Pelecutnya, cukup klasik. Perkutut temuan mampu mendongkrak perekonomian lelaki asal Madura itu. Pun, keberanian dia meninggalkan profesi lama sebagai abang becak, beralih ke ternak perkutut, patut dibilang sebagai revolusi di bidang wirausaha.<br /><br />Fakta berbicara, nama H Hasan kini melegenda. Si Abang Becak itu, menjelma jadi pengusaha ritel, yang tak hanya bisa mengidupi anak cucu. Tapi juga mampu membuka peluang kerja, memberi matapencarian puluhan jiwa. <br /><br />Sementara, di sudut kediaman dia, di bilangan Rungkut Surabaya, sekitar 150 kandang perkutut, sampai sekarang masih tetap dipertahankan. Alasannya klasik, kekayaan yang dia dapat, berawal dari inovasi breeding di kadang kututnya itu.<br /><br />Jaya Suprana dalam seminar agrobisnis di Hotel Merdeka Madiun, bilang, sukses stori dalam berwirausaha terpola dalam konsep religiusitas berakronim 5i. Yakni, intusisi, inspirasi, intelegensi, inovasi dan insya Allah. Tapi dalam proses keluaranya, tegas pemilik Museum Rekor Indonesia itu, akronim i yang terakhir (insya Allah) jadi kunci penentu.<br /><br />Pola sukses bisnis perkutut, setali tiga uang. Proses pegang peranan. Gunawan, pemilik Galaxi Bird Farm, Ponorogo, mengaku baru mengenyam keberhasilan dalam beternak perkutut setelah belasan tahun mencermati karakteristik burung klangenan itu. Haji Muhammad, pemilik ‘‘Susi Susanti”, perkutut jawara di tahun 80-an, tidak serta merta meraup keuntungan dalam hitungan hari.”Orang biasanya hanya melihat sisi suksesnya. Padahal, hampir setiap peternak perkutut sebelumnya babak belur,” ungkap Gunawan alia Kho Jang.<br /><br />Lelaki yang kini juga menekuni bisnis sarang wallet itu, lebih meyakini petuah kuno dalam berbisnis. Yakni, kuasai jurus dulu, baru terjun ke gelanggang. Jurus dalam konteks ini adalah pemahaman karakteristis burung perkutut. Dari katuranggan (sosok), habitat murni, hingga ke apresiasi suara (anggung).<br /><br />Hasil survey menunjukkan, keberhasilan pebisnis perkutut mencetak piyikan (anak perkutut) kampiun bernilai ratusan juta rupiah, tidak lepas dari pola sukses stori berakronim ‘i’ (insya Allah) ala Jaya Suprana. “Campur tangan Tuhan, dalam proses breeding perkutut harus diyakini dan ditempatkan pada urutan teratas. Saya meyakini itu,” ujar H.Andy, pemilik peternakan berlebel AMIR, dari Kediri.<br /><br />Logika spiritualnya, budidaya ternak perkutut sama artinya dengan bermain-main dengan nyawa. Bermain dengan sosok makluk hidup yang bernama perkutut. Maknanya, posisi peternak dalam hal ini berada cuma sebagai pemproses. Soal hasil akhirnya, berada di tangan Allah.<br /><br />Lantaran posisi peternak dalam penangkaran perkutut hanya berada pada proses, tugas peternak adalah seoptimal mungkin mempelajari, mencermati, memahami dan menghayati karakteristik burung itu.<br /><br />Jadi, sebelum mentukan keputusan terjun ke bisnis perkutut, orang itu harus lebih dulu mencintainya. Inti cinta adalah memberi dan menerima tanpa terbebani tuntutan.”Dari sini baru masuk pada pemahaman karakteristik. Misalnya, kesukaannya makannya apa, bunyinya bagaimana, dan libodonya seperti apa. Kalau burung itu sukanya makan milet, ya jangan diberi gabah atau ketan hitam. Ikuti aja kemauannya, ” lanjut Andy.<br /><br />Sayangnya, proses pemahamanan karekateristik burung perkutut ini, terutama pada sisi apresiasi, seperti diungkap Syaiful, juri perkutut bersertivikat nasional, butuh waktu panjang. Dan, inilah kendala utama bagi pemula (sebutan orang yang baru terjun ke hobi perkutut). Sebab diyakini, masih banyak pemula yang keliru mengapresiasi anggungan perkuktut. “Misalnya dalam mengapresiasi dasar suara. Banyak penggemar yang masih mbledro (salah tafsir), terutama suara tengah atau ketek, ” kata Syaiful.<br /><br />Acuan dasar, terdapat delapan pola dasar bunyi perkutut. Yaitu, cowong (dua ketukan). telon (tiga ketukan), engkel atau genep (empat ketekuan), karotengah atau satu setengah (lima ketukan), dobel (enam ketukan), debel plus (tujuh ketukan) dan tripel (delapan ketukan).<br /><br />Sedangkan referesnsi apresiasi bunyi, terpola tiga kriteria. Yakni, angkatan (suara depan – hur atau klar, atau juga klao), ketek (suara tengah – ketek, atau ke ke, atau kek kek), dan ujung (tengkung – kung atau klak). <br />Tapi dalam apresiasi penjurian di konkurs perkutut, apresiasi suara perkutut ditambah dengan dua kriteria dasar. Yaitu, ditambah irama (nada) dan kualitas suara (air suara).<br /><br />Beracuan referensi itu, kunci suara tengah (atau ketek) adalah rangkaian bunyi yang terdiri dari dua silap (ketukan) atau dua suku kata, “ke” dan “tek”. Dalam sistem penjuarian, nilai tertinggi pada apresiasi suara tengah atau ketek, diberikan pada burung perkutut dengan ketek yang jelas, tebal, dan senggang (mji-miji). Biasanya perkutut dengan suara tengah sempurna diberi nilai dengan angka pendekatan 9 (sempurna).<br /><br />Dari hasil penghayatan ini, berarti perkutut bisa dikatakan memiliki suara tengah jika ia mampu mengeluarkan bunyi “ke” dan “tek”. Pertanyaannya, dan ini sering menjebak pemula, burung dengan suara tengah yang ajeg, misalnya te,te,te,te atau kek,kek,kek,kek --- berapa pun jumlah pengulangannya, apakah bisa dianggap memiliki suara tengah atau ketek? (bersambung). andi casiyem sudin.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2834519601449680254.post-32468710798452804422009-11-30T03:34:00.000-08:002009-11-30T03:37:39.464-08:00Kupas Tuntas Soal Perkutut (1)Orang boleh bilang, penghobi berat burung perkutut adalah pemimpi. Utopis dan kurang kerjaan. Tapi fakta berbicara, dari sekian banyak dunia hobis, terutama satwa dan fauna, perkutut menduduki ranking teratas penyelamat investasi bisnis di sektor “klangenan”. <br /><br />Sebut misalnya, peternak perkutut papan atas Indonesia, seperti WAT (Watma Subandi, Tasikmalaya, Jabar), Terminal Perkutut (Bambang Atmaja – A Hong, Surabaya), Kopa (A Lung-Surabaya) dan Palem (Abay-Tasik Malaya), serta AMIR (H Andi, Kediri). Mereka merupakan figur miliader dengan kepemilikan pabrik atau usaha yang sudah menggurita.<br /><br />Bambang Atmaja, adalah sosok ekportir kayu, A Lung, pemilik pabrik kabel dan konveksi kualitas ekspor bermerek KOPA, dan H Andi, merupakan pengusaha armada berat skala nasional. Selain melirik bisnis perkutut, H Andi juga pemilik peternakan Kuda balap di perbatasan Kediri-Madiun, dengan omset ribuan ekor kuda.<br /><br />Belasan tahun sudah mereka masuk ke bisnis perkutut, dan selama itu pula mereka tetap bertahan. Padahal, modal yang dipertaruhkan tak cuma bernilai ratusan juta, tapi bisa tembus miliaran rupiah. Pertanyaannya, mereka betah bergelut di dunia perkutut, hanya karena lantaran seneng dan hobi? Its imposible!<br /><br />Ingin bukti? Apa yang dilakukan Abay, Tasik Malaya, dalam musim konkurs atau lomba perkutut tahun ini. Peternak legendaris bermerek Palm (di dunia perkutut disebut dengan gelang atau ring yang dipasang di kaki burung) itu, rela merogoh kocek hingga setengah miliar, hanya untuk berburu materi indukan jantan jawara benama Aljazair milik Bambang Atmaja (Terminal Perkutut-TP).<br /><br />Padahal di tangan TP, burung bergelang MLT generasi trah murni Bangkok Selatan itu, sudah dikembangkan dan beranak pinak. Di kandang Palm, anakan atau piyikan Aljazair, dibandrol sebesar Rp 50 juta - Rp75 juta dengan sistem booking. Masgulnya, dalam empat bulan terakhir ini, peminat piyikan dari trah Aljazair, sudah memenuhi buku catatan pemesan.”Hampir semua temen yang main ke sini, booking anak kandang Aljazair,” ujar Watma, saat dihubungi melalui telpon, Rabu (18/11).<br /><br /><br />Booking merupakan istilah pesanan anak atau piyik perkutut yang dilakukan konsumen ke peternak. Jangan salah tafsir, sistem booking ini yang dihargai bukan telur perkutut. Tapi piyik perkutut. Atau lebih dikenal sebagai bakalan. Maknanya, pembayaran dilakukan setelah telor menetas jadi piyik dan bisa makan sendiri (bakalan terbang).<br /><br />Dalam olah hitung breeding perkutut, Watma mampu mengembalikan modal dalam tenggang waktu 6 bulan. Pola yang diterapkan adalah breeding dengan konsep inang, atau baby sister. Takaran normal, musim panen ternak perkutut bersiklus empat lima hari sekali. Dupa pekan waktu telur dan pengeraman. Empat pekan pembesaran anak. Tapi dengan pola inang, musim panen bisa dipercepat dalam tenggang waktu hanya empat pekan. (Sistem breeding perkutut akan kami kupas dalam tulisan berikutnya)<br /><br />Fakta dalam skala kecil, apa yang dialami Handoko alias Ting Han, penghobi berat asal Kota Madiun. Pemilik toko konveksi Istana Ibu, tiga pekan lalu baru saja melego perkutut indukan seharga Rp 75 juta berikut seekor piyik perkutut usia 3 bulan yang dihargai Rp 30 juta. Padahal Ting Han mengaku, indukan burung itu dulunya hanya dibeli senilai Rp 7, 5 juta.<br /><br />Peminatnya A Lung, peternak berlebel Kopa asal Surabaya.Hebatnya, ternyata di tangan A Lung, piyikan yang ditranfers dari Ting Han itu mampu berkoar di lapangan dan terbabtis jadi Juara I kelas piyikan. “Burung itu sekarang dibandrol Rp 125 juta,” ujar Lamidi, pakar perkutut asal Surabaya.<br /><br />Dus, hanya dalam tempo sekitar tiga pekan, A Lung mampu memformat modal awal senilai Rp 30 juta, jadi Rp 125 juta. Alias, naik sekitar Rp 85 juta.<br /><br />Pertanyaannya, bagaimana mereka mampu menikmati sisi manis dalam berbisnis perkutut, dan kriteria apa yang musti dimiliki perkutut bernilai unggul yang disebut-sebut sebagai perkutut kampiun atau jawara? Bersambung (andi casiyem sudin)Unknownnoreply@blogger.com0