Betapa tidak, berinovasi bahwa hobinya itu bisa bisa diekstrak jadi jalan ikhtiyar yang bisa mendatangkan keuntungan, lantaran terjebak mimpi dan angan angan, banyak dari saudara kita yang justru menemu kekecewaan panjang. Betapa tidak, wong mereka sudah berspikulasi merogoh kocek dalam jumlah ratusan bahkan miliyaran, membangun kandang ekslusif dan mendatangkan indukan perkutut puluhan pasang, bakalan dari trah juara dengan harga puluhan hingga ratusan juta lagi, produksi ternaknya gagal kuasai lapangan. Alias gagal produksi dan hanya bisa dilelang dengan standar harga perkutut ombyokan atau kropyokan. Innalillahi waa inna ilaihi rojiun.
Mengantisipasi sisi buram dunia Kongmania seperti paparan di atas, agar kita tidak terjebak angan angan panjang, kali ini saudaraku saya bawa pada realita keniscayaan. Salah satu pilihannya adalah beternak perkutut warna. Sebut misalnya, perkutut putih, hitam, udan mas, moka atau semacamnya.
Hasil investigasi saya dengan sejumlah pemain lapangan di daerah Madiun,Magetan, Nganjuk dan Ponorogo, yang kini menekuni breeding perkutut warna, ditemukan fakta, mereka mengaku beternak kutut warna terbukti lebih realistis. Sebut saja Mas Agung Jipen, Magetan, Kyai Kardi Nganjuk, Mas Rokhman Ponorogo, Pak Kumis Madiun, Mas Andre, dan masih banyak yang tidak bisa saya sebut satu persatu.Mereka adalah kongmania yang sudah malang melintang di palagan Liga Perkutut Indonesia (LPI). Alasannya, modal yang harus dipertaruhkan tidak kelewat banyak. Alasan lain, perkutut warna punya standar nilai jual yang jelas. Misalnya sepasang anakan atau bakalan dinilai 350 rp hingga 500 rupiah. Kedua, nilai jual perkuktut warna ditentukan oleh bentuk fisiknya atau warnanya, dengan mengesampingkan bunyi suaranya. Ketiga paska jualnya lebih mudah, segmen pasar terbuka lebar dan tingkat persaingannya hingga hari ini cenderung ringan. Ibaratnya, konsumen kutu warna hanya akan melihat fisik burung dan warnanya. Gak pakai lama lama memantau bunyinya. Pokok fisik sehat, gak cacat, warna sesuai dengan pilihan, deal transaksi.
Keempat, mudah dalam sisi produksi, karena yang diutamakan adalah bentuk fisik dan warnanya. Bukan suaranya. Pokok indukan bisa bertelur, bisa menetas, sehat, laik jual, pastinya.
Sedang perkutut non warna tak punya standar nilai jual, karena konsumen lebih melihat dari sisi suara. Kalau tidak begitu ya dinilai dari katuranggan. Rumit banget, ribet. Terlebih tidak ada jaminan indukan perkutut juara bisa keluarkan anakan juara. Sekalipun harus diakui perkutut juara bisa diyakini lahir dari indukan juara. Kalau konsumen yang lebih memilih katuranggan. Ini lebih rumit lagi, karena erat kaitannya dengan keyakinan personal. Misalnya, perkutut katuranggan wisnu murti, jaringan kebab, semar lungguh, dan lain sebainya.
Rata-rata mereka mengaku, hanya dengan membuka belasan kandang, rata rata bisa meraup pendapatan 10 juta hingga 15 juta per masa panen. Yakni, 2 bulan sekali.
Perhitungan untung ruginya, dari 15 kandang, taruh keluar anakan 70 persen atau sekitar 20 ekor anakan. Jika satu ekor anakan terjual 500 ribu rupiah (dan ini harga yang relatif murah), maka bisa dihitung berapa duwit yang bisa masuk saku. Kenapa musim panen ternak perkutut 2 bulan sekali? Perhitungannya, masa telur biasanya 2 sd 3 hari. Kemudian induk perkutut akan mengerami telur selama 2 pekan. Masa tetas dua atau tiga hari. Dan masa pembesaran anak 3 sampai 4 pekan atau satu bulan. Pada minggu ketiga saat masa pembesaran anak, indukan perkutut sudah bertelur lagi. Mereka kemudian mengerami telur sambil membesarkan anak.
Pada minggu keempat anakan perkutut sudah bisa dipanen, dan sudah akas makan sendiri. Beberapa temen peternak, mencoba berinovasi untuk melecut produksi dengan konsep baby sister. Yakni, melolohkan anakan perkutut pada baby sister. Biasanya menggunakan perkutut lain atau burung puter, kuk deru yang sudah terlatih. Sebagai catatan jika ingin menggunakan puter untuk baby sister pilih yang warnanya putih. Mereka lebih gemati terhadap anak asuhnya. Lebih lagi kalau, betina semua ini. Pengalaman penulis, menggunakan baby sister burung puter keduanya betina semua bisa dijadikan babi siter sepanjang masa. Apalagi jika jarak telur burung satu dan lainnya cukukp panjang. Misal dua tiga pekan. Ini mengingat, burung puter akan terus bertelur meskipun tidak bibuahi pejantan. Dan jika mereka sudah terbiasa hidup satu kandang, kedunya akan bersama sama bergantian mengerami telurnya.(andi casiyem sudin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar